Sabtu, 20 Oktober 2012

Pak Kiai Dengan Tiga Hal

SEORANG lelaki sedang berjalan di tengah hutan belantara, tiba-tiba terdengar suara gemeresek yang makin lama makin keras dan makin mendekat. Sebelum melihat apa yang dia dengar tersebut, dia memutuskan berlari sekencangnya. Ternyata langkahnya betul, suara itu terus mengejar dengan cepatnya, dan ketika sempat menoleh – dia melihat singa besar yang siap menerkamnya.

Dipercepat larinya sekuat tenaga tetapi sang singa tidak kalah cepatnya. Karena tidak berfikir panjang asal lari saja sekuatnya, lelaki tersebut akhirnya terjerembab ke sumur tua. Beruntung dia sempat menangkap akar pohon yang bergelantungan, sehingga tidak langsung terjatuh ke dasar sumur.

Melihat ke atas di mulut sumur, dia melihat sang singa berputar-putar sambil menunjukkan gigi-giginya yang tajam siap menerkam – diapun  menoleh kebawah ingin mengetahui apa yang ada di bawah sana. Betapa terkejutnya dia karena yang ada di bawah sana, di dasar sumur – adalah seekor ular raksasa yang sudah membuka matanya sambil berusaha menegakkan tubuhnya untuk bisa mencaplok si lelaki.

Di tengah kepanikannya itu, dia masih bisa mendengar suara gemericit yang ternyata suara tikus-tikus yang sedang mengerati akar pohon yang dia pakai untuk bergantungan. Sebelum akar pohon putus dikerati tikus-tikus tersebut, si lelaki menjejakkan kakinya ke dinding sumur agar dia bisa terus bergerak dengan akar pohon dan tidak memberi kesempatan tikus untuk terus mengerati akar tersebut lebih jauh.

Ketika berayun ke kiri dan ke kanan inilah badan dan lengan si lelaki menyentuh dinding sumur yang lengket. Diamatinya apa yang lengket-lengket tersebut, diciumnya dan berbau harum. Penasaran dengan baunya, si lelaki mencoba menjilatnya dan ternyata terasa manis. Dia terus menikmati rasa manis tersebut sampai dia lupa apa yang ada di atas sana dan apa yang menunggunya di bawah.

Lelaki itu kemudian terbangun sambil terengah-engah, dia habis bermimpi buruk rupanya.

Penasaran dengan mimpi buruk itu, esok harinya dia berkonsultasi dengan Pak Kiai yang dia anggap bisa mentafsirkan mimpinya. Setelah menceritakan apa yang dia alami, Pak Kiai  kemudian memberikan  tafsirnya.

“Adapun singa itu adalah malaikat maut yang terus mengejarmu” katanya. “Sedangkan sumur dan ular-ular didalamnya adalah kuburmu”. Pak Kiai melanjutkan  “Akar pohon adalah usiamu”, dan dia kemudian menutup “Tikus-tikus itu adalah siang dan malam (waktu) yang akan terus menggerogoti usiamu sampai habis”.

Merasa masih ada satu yang belum ditafsirkan oleh Pak Kiai, si lelaki bertanya lagi : “Lha yang rasanya manis tadi apa Kiai ?”. Pak Kiai menjawab : “Itulah manisnya kehidupan, yang membuat engkau lupa adanya malaikat maut yang mengejarmu, lupa jatah usiamu yang semakin habis dan lupa pula adanya kuburan yang menantimu.”

Maka apapun yang kita rasakan dalam kehidupan kita ini, hendaklah kita tidak lupa akan adanya tiga hal yang tidak bisa kita elakkan tersebut yaitu malaikat maut yang terus mengincar, usia yang semakin habis dan kuburan yang menanti.*